Para penggemar minuman beralkohol, terutama dari kalangan berpenghasilan rendah terpaksa gigit jari karena sejak tiga hari belakangan ini harganya meroket. Peminum berkantong pas-pasan yang sehari-harinya biasa menenggak AO, kini hanya bisa meringis karena tak mampu menjangkau lagi.
"Edan tenan, bar rego nembelas ewu, saiki dadi telungpuluh limo ewu, trimo ra gombe, sopo ngerti dadi jalaran iso leren ngombe (Gila benar, dari harga Rp 16.000, sekarang menjadi Rp 35.000, pilih tidak minum, siapa tahu menjadi penyebab berhenti minum," tutur pemadat AO warga Yogya barat yang katanya dalam sehari biasa menenggak 2 - 3 botol AO ketika berbincang dengan KRjogja.com di sebuah bengkel sepeda motor di Jalan Kabupaten Sleman.
Beberapa penjual minuman beralkohol yang melayani masyarakat menengah ke bawah di Sleman Barat mengaku sejak harga naik drastis, belum sebotol pun dagangannya laku, terutama yang biasa dikonsumsi peminum berkantong pas-pasan seperti AO, AM, TM, AP.
Bagi yang berkantong agak lumayan yang biasa menenggak 'sunrise', oplosan antara gepengan (mansion atau vodka), minuman berenergi dan bir, kini juga mulai berhitung karena satu setelnya yang biasanya cukup Rp 50.000, kini menjadi Rp 150.000.
Tidak hanya peminum dan penjual, pedagang rongsokan yang biasanya berburu botol AO, kini juga ikut meringis. "Wah cari botol AO sekarang sulit sekali, sudah tidak pada punya, sewaktu masih Rp 16.000 sebotol, sehari cari sekarung gampang Mas," tutur Pak Tris Warga Sidomoyo Godean.
Melambungnya harga miras disambut positif oleh masyarakat yang tidak sreg dengan kebiasaan minum miras. Kebisingan akibat perilaku dibawah pengaruh alkohol benar-benar menyusut jauh.
"Kalau perlu dimahalkan lagi, termasuk minuman beralkohol olahan sendiri seperti lapen, beningan, bahan bakunya juga dibikin mahal agar tak mampu dijangkau lagi sehingga mau-tidak mau para peminum bisa berhenti sendiri walau karena terpaksa," tutur seorang tokoh masyarakat di Tirtoadi Mlati Sleman yang enggan disebut namanya.
Sementara bagi yang sudah benar-benar kecanduan, akhirnya harus memutar otak untuk bisa mengobati keinginannya. Tanaman aren yang manggarnya (calon buah) katanya bisa diolah menjadi minuman beralkohol kini mulai dilirik . Yang pasti mahalan minuman beralkohol produksi pabrik akan memicu munculnya produsen minuman beralkohol skala home industri, seperti produksi cio bekonang di wilayah Solo dan merebaknya kembali warung-warung beningan. Artinya, pengawasan memang tidak boleh kendor demi keselamatan baik bagi peminum maupun yang bukan peminum.
http://fajarjogja.blogspot.com/search/label/Kriminal
Beberapa penjual minuman beralkohol yang melayani masyarakat menengah ke bawah di Sleman Barat mengaku sejak harga naik drastis, belum sebotol pun dagangannya laku, terutama yang biasa dikonsumsi peminum berkantong pas-pasan seperti AO, AM, TM, AP.
Bagi yang berkantong agak lumayan yang biasa menenggak 'sunrise', oplosan antara gepengan (mansion atau vodka), minuman berenergi dan bir, kini juga mulai berhitung karena satu setelnya yang biasanya cukup Rp 50.000, kini menjadi Rp 150.000.
Tidak hanya peminum dan penjual, pedagang rongsokan yang biasanya berburu botol AO, kini juga ikut meringis. "Wah cari botol AO sekarang sulit sekali, sudah tidak pada punya, sewaktu masih Rp 16.000 sebotol, sehari cari sekarung gampang Mas," tutur Pak Tris Warga Sidomoyo Godean.
Melambungnya harga miras disambut positif oleh masyarakat yang tidak sreg dengan kebiasaan minum miras. Kebisingan akibat perilaku dibawah pengaruh alkohol benar-benar menyusut jauh.
"Kalau perlu dimahalkan lagi, termasuk minuman beralkohol olahan sendiri seperti lapen, beningan, bahan bakunya juga dibikin mahal agar tak mampu dijangkau lagi sehingga mau-tidak mau para peminum bisa berhenti sendiri walau karena terpaksa," tutur seorang tokoh masyarakat di Tirtoadi Mlati Sleman yang enggan disebut namanya.
Sementara bagi yang sudah benar-benar kecanduan, akhirnya harus memutar otak untuk bisa mengobati keinginannya. Tanaman aren yang manggarnya (calon buah) katanya bisa diolah menjadi minuman beralkohol kini mulai dilirik . Yang pasti mahalan minuman beralkohol produksi pabrik akan memicu munculnya produsen minuman beralkohol skala home industri, seperti produksi cio bekonang di wilayah Solo dan merebaknya kembali warung-warung beningan. Artinya, pengawasan memang tidak boleh kendor demi keselamatan baik bagi peminum maupun yang bukan peminum.
http://fajarjogja.blogspot.com/search/label/Kriminal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar