Jumat, 04 Desember 2009

Tradisi Moke di NTT Moke Kurang, Pesta Bisa Runyam

Moke, minuman khas asal Kabupaten Sika, NTT menjadi menu wajib ketika seseorang mengadakan pesta perkawinan. Biasanya moke disuguhkan dengan daging. Jika kurang menyediakan moke, siap-siap saja para tamu akan marah melempari kediaman tuan rumah dengan batu. Moke sudah menjadi tradisi setiap kali ada pesta digelar. Menu wajib ini menandakan kalau tuan rumah siap menjamu para tamu undangan dengan suguhan yang memuaskan.
Pesta dengan ditemani moke dengan diiringi musik akan berlangsung sampai matahari terbit. Para tamu tidak akan diperbolehkan pulang kalau moke belum habis. "Kalau mau pulang diam-diam, Biasanya tuan rumah menyediakan 100 liter moke untuk para tamu undangan. Moke diminum secara bersama-sama dalam satu meja, juga dengan satu gelas yang sama. Penuang moke juga tidak boleh berganti-ganti harus tetap satu orang dari awal sampai akhir. Biar moke dapat dinikmati secara merata. Kalau sudah begitu para tamu yang pulang akan senang karena merasa dihargai datang sebagai undangan ke sebuah pesta.
Pemerintah daerah dan kepolisian pernah berencana menebang pohon lontar (bahan untuk membuat minuman khas NTT moke) di Desa Watugong, Sika, NTT. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1995 dan 2004.Namun, warga melakukan perlawanan. Warga menghadang dengan membawa panah. Kepolisian juga melakukan razia pada tempat-tempat yang menjual moke.
Produksi moke sebagai minuman khas NTT, menurut Feri, tidak akan bisa dihilangkan. Warga sudah menganggap itu sebagai bagian dari tradisi peninggalan nenek moyang. Terlebih bagi warga Sikka, khususnya di Desa Watugong bermata pencaharian sebagai pembuat moke. detikNews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar